Pengamat: Smartphone Punya Efek “Merusak” Generasi Muda

Teknologi yang dihadirkan saat ini pastinya telah jauh berkembang jika dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Smartphone sendiri kini hadir tak lagi hanya sekedar perangkat untuk bisa menelepon maupun mengirim pesan semata, tetapi sebagai komputer cilik yang bisa digunakan untuk beragam aktivitas digital, baik untuk pekerjaan maupun hiburan sekalipun.

Pengamat: Smartphone Punya Efek “Merusak” Generasi Muda

Mengesampingkan fungsinya yang sangat banyak tersebut, kehadiran smartphone juga nampaknya mulai mengkhawatirkan untuk sebagian masyarakat, seperti yang tertulis dalam artikel pada The Atlantic yang ditulis oleh Jean M. Twenge. Pihak penulis telah melakukan beragam riset dan pengamatan perkembangan teknologi mulai dari era 1990an hingga tahun 2012an, dan dirinya menemukan bahwa terdapat perubahan perilaku yang ditemukan dari para pengguna smartphone tersebut, di mana ia menemukan bahwa para generasi yang lahir di tahun 1995 hingga 2012 menerima dampak lebih negatif dari penggunaan smartphone.

Generasi tahun 1995-2012 yang disebut sebagai iGen oleh Twenge ini menyebutkan bahwa dampak negatif yang diterima oleh mereka tersebut menyebabkan mereka lebih mudah depresi jika dibandingkan dengan generasi Milenial. Twenge juga menyebutkan, generasi iGen ini lahir dan tumbuh besar tanpa memiliki pilihan untuk tidak menggunakan smartphone, karena mereka bertumbuh besar dengan teknologi smartphone atau tablet yang sudah ada tersebut. Mereka bahkan tak pernah tahu seperti apa rasanya kehidupan tanpa internet yang sekarang bisa mereka nikmati lebih mudah di era saat ini.

Salah satu responden yang diwawancarai oleh Twenge, seorang anak berusia 13 tahun yang diberi nama Athena (bukan nama sesungguhnya), menyebutkan bahwa Athena mengaku [ads-post]bahwa mereka tak punya pilihan untuk bisa memilih hidup tanpa iPad atau iPhone. Dan generasi mereka jauh lebih menyukai smartphone mereka masing-masing lebih baik daripada manusia yang sesungguhnya.

Dalam artikel yang sama juga disebutkan bagaimana tingkat depresi atau kesehatan mental dari para generasi ini lebih rentan jika dibandingkan dengan generasi Milenial. Secara teknis, generasi Milenial sesungguhnya tak jauh berbeda mengenai ketidaktahuan kehidupan sebelum internet karena mereka juga lahir dengan disuguhkan teknologi yang kurang lebih sama. Tapi yang membedakan mereka dengan generasi sebelumnya maupun generasi masa kini adalah cara pandang mereka terhadap dunia, serta pengalaman yang juga berbeda karena adanya perkembangan teknologi dan sejenisnya setiap tahunnya.

Yang cukup menarik, artikel juga menyebutkan bagaimana anak-anak sekolah masa kini lebih sering menghabiskan waktunya di smartphone selama lebih dari 10 jam seminggu, dengan 56% menghabiskan waktu di sosial media dan merasa lebih tidak bahagia dibandingkan mereka yang tidak sering menghabiskan waktu dengan bermain smartphone miliknya.

Pernyataan soal media sosial tersebut sudah berulang kali disebut dalam artikel-artikel lainnya, di mana platform media sosial ini sendiri kerap menjadi platform yang paling sering digunakan tetapi juga paling rentan terhadap bahaya pelecehan online atau cyber bullying.

Post a Comment

[blogger]

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget